Bacaan I: 1Raja 12 26-32; 13: 33-34, Mazmur 106 dan Injil Markus 8:1-9
Sabahat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi di pekan ke-3 bulan Februari 2020 ini. kita diajak di temu berhikmah kali merenungkan pesan dua kisah inspiratif yang disuguhkan kepada kita melalui Sabda Tuhan hari ini. Dan karena refleksi ini bertitik fokus pada kedua kisah itu maka alangkah baik bila kedua kisah itu _bacaan pertama dan Injil hari ini_ dibaca sebelum merenungkan poin-poin permenungan yang disampaikan di refelksi biblis spiritual ini.
Kedua kisah ini menghantar kita semakin menyadari siapa penjamin hidup sejati yang perlu menjadi tumpuan harapan hidup kita. Raja Yerobeam berupaya mengalihkan fokus sembahan orang Israel dari Tuhan kepada lembu emas yang dibuatnya. Namunya hasilnya justru mendatangkan bumerang bagi bangsanya dan dirinya sendiri karena lembu emas yang dibuatkan tak mampu memberikan jaminan sejati sebagaimana yang dilakukan Allah. Kekeliruan raja Yerobeam menjadikan patung emas lembu sebagai sembahan justru mengubah kebahagian dan kesentosaan hidup bangsanya menjadi kehancuran.
Kisah ini menghantar kita merenungkan konteks hidup kita: Masihkah Tuhan menjadi fokus perhatian dan andalan hidup saya, atau malah ada ‘patung-patung emas’ yang menjadi andalan dan tumpuan harapan hidup saya? Dalam bentuk apa ‘patung-patung emas’ saya hadirkan dalam hidup saya mengalihkan fokus perhatian dan tumpuan harapan hidup saya dari Tuhan kepada ‘lembu emas’?
Kisah inspiratif berikutnya dari Injil hari ini mengenai perbanyakan roti. Kisah tersebut menjadi suatu kisah peneguh iman bagi kita bahwa Allah masih tetap dan akan tetap menjadi penjamin hidup yang sesungguhnya. Kisah ini bermula dari kerinduan ribuan orang yang mau datang pada Yesus guna mendengarkan ajaran-Nya. Dan yang menarik yakni Tuhan tidak hanya memberikan mereka kata-kata pengajaran tentang kebenaran dan hidup sejati. Tuhan pun memberikan mereka roti untuk kebutuhan fisik jasmani mereka. Hal ini menunjukkan jati diri Tuhan sebagai sumber dan penjamin hidup dalam seluruh aspek kehidupan manusia baik rohani maupun jasmani.
Hal menarik lain dari kisah perbanyakan roti ini yakni roti yang diperbanyak itu datang dari para murid-Nya. Kerelaan mereka memberi roti dan ikan kepada Tuhan untuk diperbanyak bagi banyak orang menjadi salah satu hal penting di peristiwa iman tersebut. Hal ini menjadi inspirasi bagi kita sebagai para murid-Nya agar menggunakan bakat dan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan bersama orang lain. Yang perlu diperhatikan di sini adalah faktor kerjasama dengan Tuhan dan sesama. Kerelaan kita mempersembahkan ‘roti dan ikan’ yang kita miliki perlu melibatkan Tuhan sehingga Tuhan yang ‘menggandakannya’ dengan cara-Nya karena bila Tuhan dilibatkan hasilnya akan jauh lebih melimpah dibanding hanya mengandalkan daya upaya kita.
Berguru pada kisah perbanyakan roti ini kita bisa mendalami hal-hal berikut: dalam bentuk apa saya mempersembahkan roti dan ikan yang saya miliki kepada Tuhan untuk dipergandakan demi kesejahteraan hidup sesamaku?
Terima kasih untuk segala kerelaan dan pengorbanan Anda yang iklas selama ini demi kesejahteraan hidup dan kebahagiaan sesama. Percayalah: Tuhan yang tak terlihat melihat kemuliaan hatimu, yang selalu mau berupaya memberi roti dan ikan dengan tulus demi kesejahteraan dan kebahagiaan sesama, pasti memberkati anda. Amin.
Doa:
Allah Tritunggal Mahakudus, sumber hidup dan andalan kami, syukur atas segala berkat rohani dan jasmani yang telah dianugrahkan kepada kami dari waktu ke waktu hingga saat ini. Teguhkan kami untuk senantiasa mengandalkan Dikau dan mengarahkan tumpuan harapan kami pada-Mu, penjamin hidup sejati. Bantulah kami menghindarkan diri dari segala ‘lembu emas’ yang ditampilkan dunia saat ini. Semoga kami sebagai murid semakin bersedia berkerja sama dengan Dikau dan rela mempersembahkan ‘roti-ikan bakat dan kemampuan untuk kesejahteraan hidup kami semua. Sehingga nama-Mu semakin dimuliakan kini dan selamanya. Amin
P. John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)